Sebagai Daerah Perbatasan, Bengkalis Sangat Terbuka terhadap Informasi Negeri Jiran


Kondisi ini memang tidak berdampak negatif terhadap budaya masyarakat di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini. Sebab, meskipun terjadinya ‘pembelahan’ wilayah, namun antara masyarakat Bengkalis dengan Malaysia berasal dari satu akar budaya yang sama, masih serumpun.
Namun dalam rangka pembangunan wawasan kebangsaan, nasionalisme kondisi demikian kurang menguntungkan. Apalagi akses informasi dari media penyiaran dalam negeri sendiri masih terbatas.
Sebagai contoh, saat ini di Kabupaten Bengkalis tidak satu pun televisi nasional yang dapat ditangkap tanpa menggunakan parabola. Sementara siaran dari sejumlah televisi Malaysia dengan mudah dinikmati masyarakat tanpa parabola. Cukup menggunakan antena UHF biasa. Begitu juga siaran radio. Baik kuantitas maupun kualitasnya masih kalah bersaing.
Karena itu Bupati Bengkalis H Herliyan Saleh menegaskan sangat mendukung upaya pengembangan dan peningkatan kualitas penyiaran. Khususnya agar siaran televisi nasional berjaringan dapat dengan mudah dinikmati warganya.
''Pemerintah Kabupaten Bengkalis siap membangunkan tower yang dapat digunakan secara bersama oleh stasiun  televisi nasional berjaringan untuk relay siaran sehingga mudah ditangkap masyarakat di daerah ini tanpa menggunakan parabola,'' tegas Herliyan.
Dukungan itu disampaikan Herliyan ketika menjadi salah satu pembicara talkshow yang ditaja Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Talkshow yang disiarkan secara langsung oleh salah satu stasion televisi di Riau itu ditaja Balai Kerapatan Adat Sri Mahkota Bengkalis, Selasa (24/3/2015) malam.
Selain Bupati Bengkalis, ikut menjadi nara sumber yang bertajuk ''Merekatkan Hubungan Antarbangsa Melalui Penyiaran'' itu, Ketua KPI Pusat Amiruddin, Komisioner KPID Riau Zainul Ikhwan dan Ketua MUI Kabupaten Bengkalis H A Rahman D.***

Tulis Komentar